Tahun ajaran baru 2020 baru saja dimulai lebih kurang sepekan yang lalu, akan tetapi hingga kini permasalahan yang mewarnai proses pra tahun ajaran baru ini mulai dari PPDB yang metodenya berubah, hingga metode pembelajaran yang masih harus melalui daring masih terus bergulir panas.

Memang kita sekalian tidak bisa memungkiri bahwa hampir segala sektor kehidupan saat ini mengalami kesulitan akibat masih masifnya penularan dan penyebaran virus Covid19 yang telah berlangusung beberapa bulan tak terkecuali sektor pendidikan.

Saya masih ingat betul bagaimana beberapa bulan lalu Pemerintah yang awalnya tenang dan berusaha menenangkan warganya bahwa Covid-19 tidak akan sampai masuk ke Indonesia justru harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa virus itu masuk dan menyebar dengan sangat cepat sekali di Indonesia, hingga Pemerintah pada saat itu terkesan tidak memiliki strategi atau langkah yang cukup cepat untuk mengatasi dampak yang dadakan tersebut. Meskipun pada akhirnya kita harus memberi apresiasi terhadap kerja keras pemerintah dalam merespon situasi ini.

 

Adapun kemudian menurut saya beberapa kebijakan pemerintah yang memberi dampak cukup besar terhadap dunia pendidikan adalah semisal PSBB di Jakarta, kemudian karantina wilayah di berbagai wilayah di Indonesia, ada juga Social distancing dan phisical distancing kemudian pembatasan aktivitas perkantoran dan industri, hingga yang paling berdampak adalah perubahan sistem dan metode dalam pembelajaran ditengah pandemi yang dilakukan dengan begitu mendadak sekali.

Kita harus akui memang tidak ada yang salah dengan segala tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah tersebut, karena kembali lagi segala tindakan tersebut diambil untuk “kepentingan dan keselamatan bersama” seluruh rakyat Indonesia.

Tapi mari kita lupakan sejenak tujuan tersebut dan melihat permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan kita dari kacamata sederhana atau kacamata orang bawah.

Dengan diambil dan diberlakukannya segala tindakan dan kebijakan dalam rangka mengatasi penyebaran dan penularan pandemi Covid19 Oleh pemerintah kita rakyat biasa tentu seperti biasa menjadi yang pertama merasakan tidak enaknya. Bagaimana tidak, berbagai tindakan dan kebijakan tersebut memiliki satu tujaun yakni membatasi dan mempersempit ruang gerak kita untuk sementara waktu dalam rangka mengendalikan “penyebaran dan penularan”  Virus Covid19.

Akibat dari kebijakan itu tentu sedang kita rasakan saat ini, misalnya berbagai sektor usaha dibatasi oprasionalnya yang berimbas pada banyak karyawan dan buruh yang dirumahkan dan bahkan di PHK, kemudian dibatasinya aktivitas diluar rumah dengan serangkaian kebijakan dan protokol yang menyertai yang tentu berimbas pada sektor UMKM dan pedagan serta pengusaha kecil lainnya yang notabene setiap hari harus bepergian dan beraktivitas keluar rumah untuk bekerja dan berusaha. Hal tersebut berimbas pada lesu dan hilangnya sumber pendapatan masyarakat Indonesia.

kemudian tidak cukup sampai disitu, disaat banyak orang yang sedang mengeluh dan pusing dengan mata pencaharian dan sumber penghasilan mereka yang hilang akibat Covid19 ini, masalah baru timbul yakni perubahan kurikulum dan metode pembelajaran yang harus menyesuaikan dengan kondisi saat ini, dimana aktivitas diluar rumah sangat dibatasi.

Hasilnya pembelajaran daring atau dalam jaringan atau berbasis online pun menjadi pilihan untuk mengatasi persoalan tersebut. Bagaimana siswa yang terbiasa dengan pembelajaran langsung tatap muka atau luring harus secara mendadak merubah pola belajar mereka, tentu ini cukup berdampak bagi iklim belajar bahkan pskisi anak karena perubahan yang begitu mendadak dan tanpa ada waktu untuk melakukan penyesuain diri terlebih dahulu terhadap metode pembelajaran yang mungkin bagi sebagian siswa masih sangat baru.

Tidak hanya sampai disitu, karena “ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula”, begitulah yang dirasakan oleh orang tua dan anak-anaknya yang masih mengenyam pendidikan pada saat ini. bagaimana tidak, disatu sisi disaat para orang tua sedang dipusingkan dengan sumber mata pencaharian dan penghasilan mereka harus dengan terpaksa dibatasi bahkan hilang akibat kebijakan mengatasi pandemi Covid19 ini.

Disisi lain siswa-siswa tersebut pun harus di buat pusing dengan perubahan metode pembelajaran yang begitu mendadak dan sangat ekstrem ini. Tidak bisa dipungkiri memang jika perubahan metode ini merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi untuk keselamatan bersama, akan tetapi perlu diingat juga bahwa metode yang di pilih pada saat ini yakni berbasi daring, atau online tidak semua tempat di Indonesia bisa  melaksanakan dengan maksimal entah itu karena kendala sinyal atau bahkan karena siswa memang tidak memiliki perangkat penunjang untuk melakukan metode tersebut misalnya Smartphone lalu akomoadasi jaringan internet yang memadai bahkan kouta internet.

Dari dua sisi pandang antara orang tua dan siswa tersebut, jelas kita dapat melihat bahwa betapa tidak siapnya sistem pendidikan kita untuk menghadapi pandemi ini. 

Disatu sisi orang tua dipusingkan dengan perekonomian keluarga ditambah lagi dengan apabila mereka tidak mampu untuk menyediakan perangkat penunjuang yang cukup untuk menunjang proses pendidikan anak mereka dalam metode baru ditengah pandemi ini, ditambah lagi dengan kewajiban untuk tetap membayar biaya pendidikan anak mereka, kemudian disisi lain siswa pun menghadapi masalah yakni bagaimana mereka mampu beradaptasi dan menyiasati metode pendidikan baru yang sangat dadakan ini, apalagi bagi mereka-mereka yang berkekurangan tentu harus lebih berfikir keras lagi. 

 

Diperparah lagi dengan sebagian oknum tenaga pendidik yang mungkin tidak mau ambil pusing dengan kondisi siswa mereka yang berkekurangan dan tetap menerapkan sistem baik itu penialian, pembelajaran, maupun pembiayaan seperti biasa tentu ini akan semakin menjadi tekanan pada para siswa dan orang tua khususnya serta dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.

Dari uraian dan penjelasan panjang lebar tadi, kita dapat menarik kesimpulan sedikit bahwa kondisi dunia pendidikan kita sedang dalam bahaya, karena kurang siap dan belum mampunya kita sekalian dalam mengatasi berbagai permasalahan ditengah Pandemi ini. Dari orang tua harus dipusingkan dengan kondisi ekonomi keluarga lalu pembiayaan pendidikan anak dan ditambah lagi dengan penyediaan sarana penunjang metode pendidikan baru bagi anak mereka sementara bila kita lihat kondisi perekonomian nasinal pada umumnya saja begitu sangat sulit, kemudian disisi lain siswa juga harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus tetap berusaha maksimal menjalani pendidikan dengan metode baru ini meski dengan serba dadakan dan keterbatasannya.

Akhir kata kita berharap, semoga dengan segala upaya dan usaha yang terus diusahakan pemerintah dan kerja sama yang baik dari kita sekalian semoga kita semua bisa segera menyelsaikan semua ini.