Halaqah Online
Halaqoh Online Karyawan Al Mujahidin Cilacap
HALAQAH YAYASAN AL-MUJAHIDIN CILACAP
Pemateri: Ustadz. Abdul Wakhid, S.Sos.I
Cilacap, 02 November 2020/ 16 Rabbi’ul Awwal 1442 H
“DUA PERKARA YANG PENTING”
Assalamu’alaikum warahmatulloh wabarakaatuh
Segala puja dan puji syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala, yang masih mengijinkan kita bernafas di bumi ini dan kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan sebanyak – banyaknya pahala dari amal – amal yang kita lakukan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasalam, yang telah membawa kita menuju cahaya Islam yang cahayanya selalu menerangi dari belahan bumi manapun.
Alhamdulillah hari ini terlaksana Halaqah Yayasan Al-Mujahidin Cilacap yang kedua kalinya. Pembicaraan tentang Muslim masih menjadi pembahasan di halaqah ini. “Dua Perkara yang Penting” diangkat menjadi tema hari ini. Sepenting apakah dua perkara yang dimaksud itu? Sehingga sampai diangkat menjadi tema diskusi hari ini. Masih dengan Ustadz Abdul Wakhid, S.Sos.I yang mengulasnya. Seperti biasa, beliau menyampaikan pengantar yang menurut penulis bukan sekedar pengantar biasa. Pengantar yang mencerahkan dan mengingatkan kita akan nikmat yang telah Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepada kita, yang seringnya kita melupakan nikmat itu dan belum terucap rasa syukur atas Nikmat-Nya. Kesehatan, kenikmatan, kesempatan yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada kita, beliau ( Ustadz Abdul Wakhid ) sampaikan untuk mengingatkan kita agar pandai bersyukur. Karena hidup adalah sabar dan syukur.
Nabi Muhammad SAW manusia mulia yang kita nanti – nantikan syafaatnya di hari akhir. Manusia mulia yang kuat imannya terhadap Allah subhanahu wata’ala, manusia terbaik yang senantiasa menolong yang lain tanpa memandang agama dan strata sosial, walaupun dia hanya seorang pengemis buta yang bahkan membenci sang Nabi. Kini duka, kecewa, marah sedang ada di dada kaum muslimin di mana sang manusia agung ( Nabi Muhammad SAW ) tengah dilecehkan. Karikatur Nabi Muhammad SAW terpajang jelas di gedung pemerintahan Perancis. Bukan negeri Islam, bukan negeri yang masyarakatnya Islam, tetapi dengan mudahnya membuat karikatur sang Nabi dan memajangnya di public dengan dalih kebebasan bberekspresi. Innalillahi… sungguh kami sebagai Muslim tak terima Nabi Agung kita digambarkan layaknya sosok biasa. Beliau Nabi Muhammad SAW tak bisa dan tak boleh kita lukiskan dalam bentuk apapun. Pemboikotan atas produk – produk Perancis kini tengah menggema di negeri – negeri Islam seperti Kuwait, Qatar, Turki, dan masih banyak negara lainnya yang memboikot produk Perancis. Presiden Republik Indonesia mengecam atas pernyataan sang Presiden Perancis tersebut.
Sebagai rakyat biasa namun iman tetap di dada, apa yang bisa kita lakukan? Boikot produk Perancis sebagai bentuk perlawanan bisa kita tiru sebagai usaha kita dalam membela sang Nabi. Tragedi ini tidak boleh terulang lagi di kemudian hari. Kita sebagai muslim harus kuat imannya dalam membela Nabi, apapun bentuk pembelaan kita. Mungkin itu prakata yang disampaikan sebelum halaqah kedua ini dimulai.
Ada dua perkara yang penting, dan tidak ada yang lebih penting dari dua perkara ini. Beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan Bermanfaat untuk sesama adalah perkara itu.
- Beriman kepada Allah subhanahu wata’ala
Iman adalah pokok. Iman itu adalah penentu. Apapun yang kita lakukan tak akan bernilai jika tanpa iman. Iman yang sering kita dengan maknanya sebagai “Percaya” adalah makna yang masih kurang. Bukan hanya sekedar percaya kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika hanya perihal percaya Allah subhanahu wata’ala orang non muslim pun bisa percaya. Tetapi makna “Percaya itu” harus kita ikuti dengan lisan dan perbuatan kita.
Unsur – unsur iman harus kita ketahui dan kita jalankan agar iman kita sempurna. Ada tiga unsur iman yaitu:
- At Tashdiqu bil Qalbi ( Membenarkan di dalam hati )
- Qaulun billisan ( Diucapkan dengan lisan )
- Amalun bil arkan wal jawarih ( Dicuktikan dengan amal anggota tubuh )
Iman manusia bersifat fluktuatif atau naik turun. Kita harus memupuk dan mningkatkan iman kita. Iman akan bertambah dengan ketaatan – ketaatan, lingkungan atau teman – teman yang sholih, dan amalan – amalan yang dapat mendekatkan kita kepada sang Khaliq.
Terkait iman, ada hadits yang dapat dijadikan landasan jumlah rukun iman ada 6 (enam). Hadits tersebut bermakna:
Dari Umar radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu hari ketika kami duduk-duduk di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di paha Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil berkata:
“Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika kamu mampu,
kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi,
“Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?“ Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul- Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Engkau benar.”
Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan.” Beliau menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan -akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu, (ketahuilah) bahwa Dia melihatmu.”
Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan terjadinya).” Beliau menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya.”
Dia berkata, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya?“ Beliau menjawab, “Jika seorang budak melahirkan tuannya dan jika kamu melihat orang yang sebelumnya tidak beralas kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan,”
Orang itu pun pergi dan aku berdiam lama, kemudian Beliau bertanya, “Tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepadamu dengan maksud mengajarkan agamamu. ” (HR. Muslim)
Iman bukanlah khayalan. Iman bukanlah harapan – harapan kosong saja. Tetapi iman adalah apa yang sudah tertanam di hati dan mengamalkan. Shalat, puasa, bersedekah adalah sedikit contoh dari banyaknya bukti memperbaiki iman kita sebagai manusia yang imannya terkadang naik dan terkadang turun. Tugas kita adalah mempertahankan dan meningkatkan iman kita dengan berbagai amalan – amalan yang menguatkan iman kita kepada-Nya.
- Bermanfaat untuk sesama
Orang yang beriman adalah orang yang memberikan manfaat bagi sesama muslim. Yang memberikan kontribusi kepada sesama. Manfaat seperti apa? Manfaat dengan ucapannya, manfaat dengan jabatannya, manfaat dengan hartanya, dan manfaat dengan badan/ raga yang ia miliki.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Ketika orang yang memiliki iman dan memiliki jabatan yang tinggi, di mana ia memiliki kuasa dalam mengambil sebuah keputusan, menetapkan suatu peraturan hendaklah ia menggunakan jabatannya itu dengan baik. Jika ia menggunakan jabatan itu untuk berjuang di jalan Allah subhanahu wata’ala maka ia telah melakukan hal yang bermanfaat untuk sesama. Jika kita memiliki harta yang lebih, gunakanlah harta itu untuk nerjuang di jalan Allah subhanahu wata’ala, gunakan harta itu demi menebar manfaat untuk sesama, dan jadikan harta kita itu sebagai saksi atas perbuatan kita terhadap sesama untuk menebar kebermanfaatan di bumi. Bagaimana jika kita tidak punya jabatan tinggi atau pun harta? Kita bisa menggunakan raga kita ini yang telah Allah subhanahu wata’ala titipkan untuk menebar manfaat. Kita wakafkan raga ini untuk berkhidmat berjuang demi Islam, demi kemaslahatan manusia.
Bermanfaat untuk sesama yang merupakan salah satu dari dua perkara penting tentunya akan membuahkan hal baik juga kepada siapapun yang melakukannya. Siapa yang berbuat baik insyaa allah kebaikan juga akan berbalik kepadanya. Dalam sebuah Hadits yang pada intinya mengungkapkan bahwa: Barangsiapa yang bangun di pagi hari tanpa ada keinginan untuk berbuat dzolim pada seorang pun maka Allah ampunkan dosa – dosanya. Dan barangsiapa yang bangun di pagi hari mempunyai niatan untuk menolong orang yang terdzalimi dan membantu hajatnya seorang muslim maka mendapatkan pahala seperti Haji dan Umrah. Masyaa allah….betapa murahnya Allah subhanahu wata’ala dalam memberikan kita pahala kebaikan dan mengampuni dosa – dosa kita, walaupun itu hanya baru berangkat dari sebuah niat.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits, yang pada intinya adalah “Hamba yang paling dicintai Allah adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama manusia”. Hadits lain yang membuat kita sadar betapa Allah subhanahu wata’ala ingin menjunjung derajat kita dengan amalan – amalan yang baik walaupun itu hanya sekedar membuat senang orang lain. Sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits : “Sebagus – bagusnya amal adalah membuat senang orang lain”. Kita harus menyenangkan orang lain dengan sifat maupun tingkah laku kita. Jangan sampai orang lain malas berjumpa dengan kita karena sifat dan tata karma kita yang tidak baik. Sebagai anak muda kita harus mendahulukan orang yang lebih tua dari kita, bahkan kepada sesama maupun yang lebih muda sekali pun tidak masalah kita mendahulukan mereka. “Barangsiapa yang menghormati orang yang lebih tua maka Allah mempersiapkan generasi berikutnya untuk menghormati saat ia sudah tua”. Itu adalah salah satu contoh dari akhlaq yang harus dimiliki oleh setiap muslim, yaitu akhlaq yang mulia. Menurut Hasan al-Basri, akhlaq mulia terhimpun pada 3 hal, yaitu:
- Menahan diri untuk tidak melakukan hal – hal yang menyakiti
- Mengerahkan diri untuk berbuat kebaikan
- Tatkala berjumpa dengan saudaramu berilah wajah yang ceria
Itulah sedikit yang bisa disampaikan dari penulis lewat tulisan pendek ini. Dalam sebuah majelis hampir selalu ada pertanyaan dari para jamaah/ audiens, tak terkecuali Halaqah Online ini. Dalam sesi ini ada dua pertanyaan, penulis himpun sebagai berikut:
- Bagaimanakah tips atau cara agar iman senantiasa naik?
- Sering – seringlah hadir dalam majelis ilmu
- Bergaul dengan orang – orang yang shalih
- Perbanyak membaca buku – buku agama, jangan merasa cukup belaajr agama hanya dari media sosial. Tetapi Talaqi dan majelis ilmu itu penting
- Taat kepada Allah subhanahu wata’ala
- Kita sebagai muslim, terutama akademisi menuntut ilmu, menambah pengetahuan adalah wajib. Tatapi bencana ilmu adalah lupa. Kita sudah sering mengulang – ulang membaca, memahami, dan sebagainya, tapi terkadang kita lupa. Bagaimana tips agar ilmu yang kita sudah pelajari tidak mudah lupa oleh kita? Dan bagaimana menguatkan daya ingat terhadap ilmu/ pengetahuan yang sudah kit abaca dan pelajari? ( Pertanyaan dari Ustadzah Siti Amanah; Unit SD Islam Al-Mujahidin Cilacap ).
Jawaban:
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Ketika manusia lupa terhadap sesuatu adalah hal yang wajar. Tips atau cara agar kita tidak lupa terhadap ilmu yang sudah kita pelajari adalah sebagai berikut:
- Selalu muroja’ah, diskusi, tidak boleh berhenti belajar, sering – seringnya menguji keilmuan kita, dan sering diasah.
- Mempraktikan ilmu yang kita miliki seiring berjalannya waktu
- Selalu ingat bahwa “Barangsiapa yang mengajarkan satu ilmu, maka Allah akan menambah pengetahuan untuk kita.”
Kemudian ditambah lagi oleh beliau Ustadz Abdul Wakhid terkait konsekuensi orang yang berilmu/ memiliki ilmu. Yaitu:
- Orang yang berilmu harus semakin taat kepada Allah subhanahu wata’ala
- “Seorang yang alim atau berilmu tapi tidak beramal maka ia akan diazab sebelum penyembah berhala”. Dari itu kita bisa melihat bahwa kita harus terus mengamalkan ilmu yang kita miliki agar bermanfaaat untuk orang lain juga.
Itulah ringkasan dari pertanyaan Halaqah Onine Yayasan Al-Mujahidin Cilacap hari ini. Semoga apa yang kita dapatkan dari guru kita; Ustadz Abdul Wakhid bisa kita serap, kita ingat selalu, dan kita amalkan. Semoga yang hadir dalam Halaqah Online hari ini senantiasa diberikan kesehatan, keselamatan, keberkahan, dan hidayah untuk terus hadir dalam masjelis ilmu.
Aamiin…. Aamiin…. Yaa robbal ‘alamin…
Wassalamualaikum warahmatulloh wabarakaatuh
Penulis: Siti Amanah, M.Pd.