Blog
HALAQAH YAYASAN AL-MUJAHIDIN CILACAP

HALAQAH YAYASAN AL-MUJAHIDIN CILACAP

Pemateri: Ustadz. Abdul Wakhid, S.Sos.I

Cilacap, 11 Desember 2020/ 27 Rabiul Akhir 1442 H

“BIDANG – BIDANG BERKAITAN DENGAN HUSNUL KHULUQ

Assalamu’alaikum warahmatulloh wabarakaatuh

Segala puja dan puji syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala, sang pencipta dan penggerak alam raya. Tak ada daun yang gugur kecuali atas kehendak-Nya, tak akan bumi berganti siang dan malam tanpa kehendak-Nya pula. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasalam, sang suri tauladan terbaik yang pernah ada.

            Pada halaqah sebelumnya yang dilaksanakan pada 20 November 2020 kita telah membahas tentang akhlaq yang baik. Dalam halaqah tersebut membahas akhlaq kepada sesama, bentuk – bentuk akhlaq, dan apakah akhlaq itu anugerah atau bisa kita bentuk.  Masih berkaitan dengan akhlaq, pada halaqah kali ini membahas tentang akhlaq kepada Allah subhanahu wata’ala,.

Secara tidak sadar, sebagai manusia kita terkadang masih mengutamakan hablum minannas dan masih menduakan hablum minallah. Kita masih mengatur hubungan baik, berusaha baik kepada sesama, namun tidak mengatur hubungan kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Tidak hanya akhlaq kepada sesama saja yang selalu kita pentingkan, namun akhlaq kepada Allah subhanahu wata’ala lah yang seharusnya kita utamakan. Pemahaman bahwa akhlaq yang utama adalah akhlaq kepada sesama adalah pemahaman yang keliru atau pemahaman yang dangkal. Sebagai manusia kita tidak hanya berbuat baik saja terhadap sesama dan mengabaikan akhlaq kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagai contoh kecilnya, kita berbuat baik kepada setiap orang namun ibadah kita sering kita tunda – tunda bahkan kita tinggalkan. Akhlaq yang bagus/ baik harus kita jalin dan bangun dengan sang khaliq. Lantas bagaimana seharusnya akhlaq kita terhadap Allah subhanahu wata’ala?

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Q.S.  Az-Zariyat Ayat 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Jelaslah dari firman-Nya tersebut kewajiban kita sebagai hamba Allah adalah taat kepada sang khaliq.

Ada 3 (tiga) perkara yang berhubungan dengan akhlaq kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Perkara – perkara itu adalah:

  1. Mengimani/ meyakini bahwa semua khabar atau berita – berita yang ada di dalam Al-Qur’an adalah benar

Sebaik – baik ucapan adalah firman-Nya, dan sebaik – baik ucapan manusia adalah ucapan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasalam. Tidak boleh ada keraguan satu pun pada diri kita terhadap semua berita – berita yang ada di Al-Qur’an.

Seperti firman Allah subhanahu wata’ala pada Q.S. An-Nisa Ayat 87 yang berbunyi:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۗ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?

Sudah menjadi kewajiban kita meyakini apa yang ada di dalam Al-Qur’an, yaitu firman – firman-Nya.

Al-Qur’an mengandung banyak khabar/ berita yang dapat kita ambil hikmah di dalamnya. Kisah tentang adanya hari kiamat bisa kita petik pelajarannya bahwa kiamat itu pasti datang dan kita perlu membutuhkan bekal untuk menghadapi hari setelah datangnya kiamat. Kisah kesombongan Fir’aun yang di akhir kisah hidupnya tenggelam dalam lautan bisa dicontoh para pemangku kepemimpinan agar tidak sesombong Fir’aun yang hancur akibat sifat dan sikapnya itu. Semua yang dibicarakan di dalam Al-Qur’an adalah benar, tidak ada yang keliru, bahkan tidak ada yang salah. Kewajiban kita adalah harus meyakininya.

            Berkaitan dengan perbuatan manusia, ada 2 (dua ) macam dosa. Ada dosa yang dapat diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala, dan ada dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala.

  • Dosa yang mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala

Dosa ini diakibatkan karena seseorang tidak mampu menahan syahwatnya. Contohnya, Nabi Adam a.s tidak bisa menahan syahwatnya untuk memetik buah khuldi.

  • Dosa yang tidak mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala

Kesombongan adalah termasuk dosa yang tidak mendapat ampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Contohnya adalah kesombongan iblis.

  1. Menerima hukum – hukum yang ditetapkan Allah subhanahu wata’ala dengan cara melaksanakannya

      Hukum Islam adalah termasuk hukum – hukum yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Mungkin sekarang belum semua hukum Islam menjadi hukum positif di negeri ini, namun perlahan sudah masuk ke dalam Undang – Undang. Sebagai contoh adalah tentang pengelolaan zakat. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang peraturan pengelolaan zakat menjadi salah satu hukum Islam (hukum – hukum yang ditetakan Allah subhanahu wata’ala) yang masuk ke dalam hukum positif di Indonesia, di mana hukum positif itu sendiri adalah asas dan kaidah hukum tertulis yang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh pemerintah.

  1. Sabar dan ridho menerima takdir Allah subhanahu wata’ala

Sebagai muslim yang beriman hendaknya kita menerima takdir Allah subhanahu wata’ala, menerima ketetapan yang telah Ia pilihkan untuk kita. Orang yang dapat mengambil hikmah/ pelajaran dari suatu ketetapan Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang sabar dan rifho Kita harus meyakini bahwa semua yang telah menjadi ketetapan Allah subhanahu wata’ala pasti tidak terlepas dari ilmu-Nya.

Itulah 3 (tiga) perkara yang berhubungan dengan akhlaq kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ilmu yang kita terima hari ini adalah sebagai pengingat untuk kita bahwa kita harus menempatkan akhlaq kepada Allah subhanahu wata’ala adalah yang utama sebelum kita menjaga akhlaq kita kepada sesama manusia. Semoga apa yang kita dapatkan dari halaqah hari ini dapat mengingatkan kita dan meningkatkan iman kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Aamiin…. Yaa robbal ‘alamin…

Wassalamualaikum warahmatulloh wabarakaatuh

 

Writer: Siti Amanah, M.Pd.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *